Jumat, 29 Juni 2012

Membangun Motivasi Diri


Membangun Motivasi Dalam Diri
Cita-cita atau tujuan hidup ini hanya bisa diraih jika anda memiliki motivasi yang kuat dalam diri anda. Tanpa motivasi apapun, sulit sekali anda menggapai apa yang anda cita-citakan. Tapi tak dapat dipungkiri, memang cukup sulit membangun motivasi di dalam diri sendiri. Bahkan mungkin anda tidak tahu pasti bagaimana cara membangun motivasi di dalam diri sendiri. Padahal sesungguhnya banyak hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi tersebut.
Caranya? coba simak tips berikut ini:
1. Ciptakan sensasi
Ciptakan sesuatu yang dapat “membangunkan” dan membangkitkan gairah anda saat pagi menjelang. Misalnya, anda berpikir esok hari harus mendapatkan keuntungan 1 milyar rupiah. Walau kedengarannya mustahil, tapi sensasi ini kadang memacu semangat anda untuk berkarya lebih baik lagi melebihi apa yang sudah anda lakukan kemarin.
2. Kembangkan terus tujuan anda
Jangan pernah terpaku pada satu tujuan yang sederhana. Tujuan hidup yang terlalu sederhana membuat anda tidak memiliki kekuatan lebih. Padahal untuk meraih sesuatu anda memerlukan tantangan yang lebih besar, untuk mengerahkan kekuatan anda yang sebenarnya. Tujuan hidup yang besar akan membangkitkan motivasi dan kekuatan tersendiri dalam hidup anda.
3. Tetapkan saat kematian
Anda perlu memikirkan saat kematian meskipun gejala ke arah itu tidak dapat diprediksikan. Membayangkan saat-saat terakhir dalam hidup ini sesungguhnya merupakan saat-saat yang sangat sensasional. Anda dapat membayangkan ‘flash back’ dalam kehidupan anda. Sejak anda menjalani masa kanak-kanak, remaja, hingga tampil sebagai pribadi yang dewasa dan mandiri. Jika anda membayangkan ‘ajal’ anda sudah dekat, akan memotivasi anda untuk berbuat lebih banyak lagi selama hidup anda.
4. Tinggalkan teman yang tidak perlu
Jangan ragu untuk meninggalkan teman-teman yang tidak dapat mendorong anda mencapai tujuan. Sebab, siapapun teman anda, seharusnya mampu membawa anda pada perubahan yang lebih baik. Ketahuilah bergaul dengan orang-orang yang optimis akan membuat anda berpikir optimis pula. Bersama mereka hidup ini terasa lebih menyenangkan dan penuh motivasi.
5. Hampiri bayangan ketakutan
Saat anda dibayang-bayangi kecemasan dan ketakutan, jangan melarikan diri dari bayangan tersebut. Misalnya selama ini anda takut akan menghadapi masa depan yang buruk. Datang dan nikmati rasa takut anda dengan mencoba mengatasinya. Saat anda berhasil mengatasi rasa takut, saat itu anda telah berhasil meningkatkan keyakinan diri bahwa anda mampu mencapai hidup yang lebih baik.
6. Ucapkan “selamat datang” pada setiap masalah
Jalan untuk mencapai tujuan tidak selamanya semulus jalan tol. Suatu saat anda akan menghadapi jalan terjal, menanjak dan penuh bebatuan. Jangan memutar arah untuk mengambil jalan pintas. Hadapi terus jalan tersebut dan pikirkan cara terbaik untuk bisa melewatinya. Jika anda memandang masalah sebagai sesuatu yang mengerikan, anda akan semakin sulit termotivasi. Sebaliknya bila anda selalu siap menghadapi setiap masalah, anda seakan memiliki energi dan semangat berlebih untuk mencapai tujuan anda.
7. Mulailah dengan rasa senang
Jangan pernah merasa terbebani dengan tujuan hidup anda. Coba nikmati hidup dan jalan yang anda tempuh. Jika sejak awal anda sudah merasa ‘tidak suka’ rasanya motivasi hidup tidak akan pernah anda miliki.
8. Berlatih dengan keras
Tidak bisa tidak, anda harus berlatih terus bila ingin mendapatkan hasil terbaik. Pada dasarnya tidak ada yang tidak dapat anda raih jika anda terus berusaha keras. Semakin giat berlatih semakin mudah pula mengatasi setiap kesulitan.
Kesimpulan:
Motivasi dapat menumbuhkan semangat dalam mencapai tujuan. Motivasi yang kuat di dalam diri, kita akan memiliki apresiasi dan penghargaan yang tinggi terhadap diri dan hidup ini. Sehingga kita tidak akan ragu untuk melangkah ke depan, yaitu mencapai visi hidup kita.Salam Sukses !
Emotivasi.com


Foto - Proses terjadinya bayi dalam kandungan


Proses terjadinya bayi dalam kandungan
Di dalam rahim

2 Minggu di dalam rahim

Perkembangan


Pembentukan manusia


Dalam kandungan ibu


16 Minggu pembentukan tangan dan kaki

Ekspresi bayi


24 Minggu, hanya paru-paru yang belum lengkap


Sudah dapat bergerak












(tm) Sumber


Read more: http://www.tiraimaya.com/2012/06/foto-proses-terjadinya-bayi-dalam.html#ixzz1zAvMDacx

Selasa, 19 Juni 2012

Hakekat Kehidupan


Cerita Kehidupan
Ketika seseorang sudah mulai beranjak dewasa, ketika akalnya mulai sempurna, mulailah ia berpikir tentang hakikat kehidupan, yaitu kehidupan yang sedang ia jalani sebagaimana yang dijalani juga oleh yang lainnya. Bumi ini telah penuh sesak dengan manusia, semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang pergi, ada yang lahir dan ada yang mati.
Jika hari ini berkuasa seorang raja, besok akan berkuasa lagi raja lainnya. Sekiranya hari ini ada pengangkatan seorang menteri atau seorang jenderal, dahulunya kita juga mendengar bahwa di suatu negeri telah diangkat pula seorang menteri atau panglima. Yang tetap itu hanya peran manusia dalam kehidupan ini, sedangkan yang silih berganti adalah para pelaku dan yang memeraninya.
Peran kehidupan itu ada yang baik dan ada yang buruk, hanya saja manusia disuruh untuk memilih peran baik bukan peran buruk!
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Itu adalah umat yang telah lalu, baginya apa yangdiusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan”. (QS: al-Ba qarah:141)
Pada masa Nabi Musa Alaihimussalam orang-orang disibukkan dengan kekuasaan Fir’aun, bahan cerita orang terfokus pada kekayaan Qarun dan decak kagum orang hanya pada arsitektur bangunan yang dirancang oleh Haman. Akan tetapi, mana cerita kehidupan itu sekarang ini?!
Semuanya sirna dan punah, yang kita temukan hanya cerita pada lembaran kitab-kitab suci. Dan apa yang tersisa dan sejarah kepongahan tersebut?! Yang tersisa hanya bekas-bekasnya saja.
Dan sepanjang penjalanan hidup manusia yang beragam ini, baik pada masa kekuasaan orang-orang yang shalih maupun dalam cengkraman orang-orang thalih, Allah tetap menjaga alam ini, memelihara bumi dan dunia sekitarya, dalam keseimbangan yang berkesinambungan, dalam keindahan yang menakjubkan dan ciptaan yang berjenis dan berpasang-pasangan. Adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, langit dan bumi, semuanya itu pertanda adanya pencipta.
Salah seorang Badui jahiliah berkata, “Lautan yang berombak dan langit yang berbintang serta bumi yang berlembah, bukankah semua itu menunjukkan adanya Sang Pencipta ?!“
Begitu besar penciptaan langit dan bumi beserta isinya, memberi pengertian kepada kita bahwa Allah menciptakannya bukan sekedar bermain-main. Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main- main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. al-Mukminun: 115)
أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” ( QS. al-Qiyamah: 36)
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. ( QS. al-Ankabut: 64)
Sekiranya kehidupan yang penuh keseimbangan ini tidak diciptakan untuk bersenda gurau, lalu untuk apa Allah ciptakan?! Apa tugas manusia ? Apakah mereka hanya sekedar makan, minum, menikah dan memiiki keluarga dan mempererat suku saja?! Atau Ia hidup dalam tidak bertujuan sebagaimana Ia mati tidak bertujuan?! tanah terakhir yang diletakkan oleh orang pada kuburannya, itu pula akhir dan cerita kehidupannya?!
Bagaimana yang kaya dengan kezhalimannya, bagaimana yang berkuasa dengan kediktatorannya?! Apakah mereka dibiarkan begitu saja?! Bagaimana pula si miskin dengan kefakirannya atau rakyat jelata dengan penderitaan mereka?! Kapan mereka dapat kebahagiaan pula?! Bagaimana pula dengan para nabi dan rasul, para ulama dan ahli ibadah yang terusir dan belum memperoleh kebahagiaan?!
Sekiranya dunia ini diciptakan dengan keadilan Sang Pencipta, tentu balasan baik atau buruk dengan keadilanNya juga?! Sekiranya dunia ini mampu Dia ciptakan dari asal yang tidak ada, berarti Dia pula mampu untuk membalas kebaikan dengan kebaikan dan keburukan dengan keburukan.
Allah azza wa Jalla berfirman :
() وَإِنْ كُلٌّ لَمَّا جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ
وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ() يَأْكُلُونَ() وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ( ) لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلا يَشْكُرُونَسُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ( ) وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ( ) وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ( ) وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِلا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ ()
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ
Meskipun begitu, selagi Engkau tidak murka kepadaku, aku tidakpeduli!! Akan tetapi pengampunanMu lebih luas bagiku, aku berlindung dengan cahaya wajahMu -yang telah menerangi semua kegelapan, dengannya berjalan perkara dunia dan akhirat- dan turunnya murkaMu kepadaku atau jatuh kepadaku kebencianMu, hanya kepadaMu pengaduanku sampai Engkau ridho, dan tidak ada daya dan upaya kecuali denganMu “.
لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
2. Hendaklah ‘ubudiah tersebut sesuai dengan syariat.
dan Islam, itulah amanah yang harus dipikul oleh manusia dan itulah perjanjian yang telah disepakati.
“Dan setiap mereka semuanya akan dikumpukan lagi kepada Kami. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air, Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pusangan- pusangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; kami tanggàlkan siang dan malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia seba gai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edamya”. (QS. Yasin:32- 40 )
Dan Allah berfirman,
أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ
قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلاقُ الْعَلِيمُ
Dan ía membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; Ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur Iuluh?”Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. Yaitu Tuhan yang men jadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, Dia berkuasa. dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (QS. Yasin: 78-81)
Tujuan Hidup
Rasanya semua orang sepakat dengan tujuan hidup yaitu mencari dan menggapai kebahagiaan. Semua manusia ingin hidupnya bahagia, dan semua tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan itu perlu pengorbanan. Hanya saja, manusia banyak salah mencari jalan kebahagiaan, banyak yang memilih sebuah jalan hidup yang Ia sangka di sana ada pantai kebahagiaan, padahal itu adalah jurang kebinasaan, itu hanya sebatas fatamorgana kebahagiaan, bukan kebahagiaan yang hakiki. Celakanya lagi, semakin dilalui jalan fatamorgana tersebut semakin jauh pula Ia dari jalan kebahagiaán hakiki, kecuali Ia surut kembali ke pangkal jalan.
Banyak orang menyangka kebahagiaan ada pada harta, karenanya ia berupaya mencari sumber sumbernya dengan berletih dan berpeluh. Setelah Ia peroleh harta tersebut, hatinya tetap gundah dan perasaan masih gelisah!! Ada saja yang membuat hati itu gelisah, kadang-kadang munculnya dari anak-anaknya, kadang-kadang dari istrinya atau tidak jarang juga datang dari usaha itu sendiri.
Banyak pula yang nenyangka bahwa pangkat dan kekuasaan adalah kebahagiaan. Ketika dilihat mereka yang berkuasa dan bertahta, secara lahir mereka begitu tampak bahagia hidupnya! Pergi dijemput pulang diantar, ketika ia berkehendak tinggal memesan, perintahnya tidak ada yang menghalangi!! Akan tetapi setelah diselidiki lebih mendalam, kita masuk menembus dinding istananya, akan terdengar keluh kesahnya, dalam harta yang banyak itu terdapat jiwa yang rapuh.
Jadi apa kebahagiaan yang sebenarnya ? Apa kebahagiaan sejati yang seharusnya dicari oleh manusia ? Siapa yang sebenarnya orang yang berbahagia ? Apa sarana untuk mencapainya?
Manusia diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla , bukan mereka yang menciptakan diri mereka, tentu yang paling tahu tentang seluk-beluk manusia termasuk tentang sebab bahagia atau sebab sengsara adalah Dia Allah subhanahu wa ta ‘ala bukan manusia. Sama halnya dengan sebuah produk, sekiranya hendak mengetahui hakikat produk tersebut tentu ditanyakan kepada pembuatnya, bukan kepada produk itu sendiri. Allah berfirman;
أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan)? Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. al-Mulk:14 )
Ketika Al-Qur’an ditadabburi dan syariat Islam dikaji, maka kita dapat menyimpulkan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah dengan mengaplikasikan penghambaan diri kepada Allah Azza Wa Jalla . Orang yang bahagia adalah orang yang telah berhasil menjadi hamba Allah Azza Wa Jalla . .Sarana kebahagiaan adalah semua sarana yang telah disediakan olehNya dalam meniti jalan penghambaan diri kepada Allah .
Karena penghambaan diri inilah sebab diciptakannya manusia dan jin..karena ubudiah kepada Allah ditegakkannya langit dan dibentangkannya bumi… karena penghambaan inilah diturunkannya kitab dan diutusnya rasul…
Allah berfirman;
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu”. (QS.az-Zariat: 56)
Orang yang berpaling dari penghambaan diri ini dialah orang yang sengsara, Allah berfirman;
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha:124)
لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَمَنْ يُعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا
“Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dan barang-siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat”. (QS. al-Jin:17)
Allah Subhanahu wa ta’ala telah menentukan taqdir semua makhluk dan tidak ada yang dapat merubah taqdir selainNya. Allah Azza Wa Jalla tentukan kebaikan dan keburukan, kebahagiaan dan kesengsaraan, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan. Manusia tidak bisa melawannya, sekiranya Allah telah menentukan kemiskinan pada seseorang, maka tidak ada yang mengkayakannya, ketika Allah telah menentukan kepadanya kesengsaraan, maka tidak ada satupun yang dapat membahagiakannya.
Kalaulah begitu, kemana manusia hendak lari?! Kemana manusia hendak berteduh dan bernaung dari taqdir yang Ia tidak memiliki daya dan upaya untuk merubahnya kecuali atas izinNya?! Kemana manusia hendak bersandar dari sesuatu urusan yang tidak di tangannya?!
Manusia yang berakal tentu akan bernaung kepada Zat yang telah mentaqdirkan segala sesuatu, dalam naungan-Nya Ia akan merasakan ketenangan, dalam menyandarkan diri kepadaNya , akan ia peroleh kebahagiaan, dalam ke-pasrahan diri kepadaNya akan sirna segala kecemasan dan kesedihan.
Bagaimana ia tidak bahagia, bukankah Jejak jejak kasih sayang Allah begitu tampak dalam taqdir kehidupannya?! Bagaimana ía tidak tenang, bukankah semua taqdir yang ía suka atau yang ía benci, merupakan sarana untuk menggapai ridho dan cintaNya?
Dari mana kesedihan masuk ke dalam dirinya atau rasa takut menyelimutinya, karena sebelumnya ia telah diajarkan tentang cara menghadapinya, bersabar ketika sengsara dan beryukur ketika bahagia, sehingga sengsaranya tidak membawa kepada keputusasaan dan senangnya tidak membawanya kepada kesombongan dan kecongkakan.
Syaikhul Islam Ibnu Taymiah rohimahullah ta’ ala menguñgkapkan hakikat tersebut yang berlaku pada dirinya, beliau berkata,
“Apa yang dapat dilakukan oleh musuh-musuhku ?! Surga ada di dadaku, kemanapun dan dimanapun aku, Ia tetap bersamaku!! Sekiranya mereka memenjarakanku, maka penjara bagiku adalah kholwat. Sekiranya mereka mengusirku, usiran itu bagiku menjadi tamasya. Sekiranya mereka membunuhku, terbunuhnya diriku adalah syahid di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala”.
Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sebagai manusia yang paling sempurna ubudiahnya kepada Allah , ketika Allah telah mentaqdirkan sesuatu yang berat dalam dakwah beliau, yaitu dua orang yang selama ini sebagai pembela dan penopang dakwah beliau, Khadijah Radliallahu anha istri beliau dan Abu Thalib paman beliau, telah meninggal dunia. Membuat kaum Quraisy meningkatkan permusuhan mereka kepada beliau dan memberi ultimatum untuk menghentikan dakwah beliau, bahkan telah berani pula mengusir beliau dan Mekkah.
Berangkatlah beliau ke Thaif, berharap pembelaan dan bantuan. Kiranya bukan pembelaan yang beliau dapat dan bukan bantuan yang beliau peroleh, tapi malah cacian dan cemoohan, bahkan usiran oleh anak-anak dan wanita-wanita di sana, sedangkan beliau seorang utusan Allah Azza wa Jalla , Allah yang memiliki langit dan bumi.
Mereka telah melukai melempar beliau dengan batu hingga luka kaki beliau, sebagaimana sebelumnya mereka telah melukal hati dan perasaannya. Belum sampai di situ malaikat gunung Akhsyabain meminta izin kepadanya untuk menimpakan gunung tersebut kepada mereka, sebagai tanda bahwa beliau bukan sendirian.
Bertambah sedih beliau, karena yang beliau inginkan bukanlah balas dendam atau kepuasan diri, yang beliau inginkan hanya menampakkan bukti peng hambaan diri kepadaNya, hal itu nampak betul dari doa beliau panjatkan kepadaNya,
“Ya Allah Azza wa Jalla kepadaMulah daku keluhkan lemahnya kekuatanku, sedikitnya hilafku, hinanya diriku di mata manusia. Wahai Zat yang paling Pemurah ! Engkaulah Rabb orang-orang yang lemah, dan Engkaulah Rabbku! Kepada siapa Engkau hendak titipkan diriku?! Apakah kepada orang yang jauh yang tidak peduli dengan diriku atau engkau hendak serahkan perkara diriku kepada musuh?!
Al-Quran menyebutkan bahwa orang berbahagia adalah orang yang menjalankan perintah Allah azza wa Jalla , Allah berfirman,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-o rang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) danjanjinya. Dan orang-orang yang memelihara sholatnya “. (QS. al-Mukminun:1 -9)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ,
الم
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Alif laam miin. Kitab (Al Quran) inii tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tercipta mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. aI-Baqarah:1 -5)
Sebaliknya Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa orang yang melanggar perintahNya atau merekalah orang yang merugi, Allah Azza wa Jalla berfirman, :
قُلْ كَفَى بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيدًا يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi.Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi”. (QS. al-An kabut: 52)
الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”. (QS. al-Baqarah :27)
Beban Amanah
Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia pada kehidupan dunia ini untuk sebuah tujuan yang sangat mulia. Dia tundukkan semua alam untuk mereka, darat dan lautan, bumi dan Langit, gunung dan lembah, binatang dan tumbuhan. Itu semua agar manusia siap untuk menunaikan tujuan tersebut. Kiranya tujuan sangat besar, tugas sangat sukar dan amanah yang akan dipikul sangat berat. Pantas saja, sebelumnya tidak ada yang mau memikul amanah tersebut dari langit yang tinggi, gunung yang menjulang atau bumi yang terbentang, semuanya menyampaikan keengganannya, kecuali hanya manusia, dan mereka itu bodoh dan zhalim. Allah menceritakan tentang perihal tersebut,
إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا
“Sesungguhnya Kami telah sampaikan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. [QS. al-A hzab: 72 )
Apa gerangan amanah yang telah diikrarkan itu? Mengapa manusia disifati dengan bodoh dan zhalim? Amanah itu adalah Islam dan peraturanNya, amanah itu adalah janji kepatuhan kepada Allah Azza wa Jalla .
Ibnu Katsir rohimahullah ta’ ala berkata : dalam merangkum perselisihan ulama dalam hal itu, “Semua pendapat (tentang makna amanah-pen) tidak menafikan yang lainnya, bahkan ia saling menguatkan dan semuanya mengacu kepada taklif (beban) dan patuh kepada perintah dan larangan dengan segala konsekuensinya, yaitu sekiranya ia tunaikan akan diberi pahala dan jika lalai ia dihukum. Lalu diterima oleh manusia dengan segala kelemahan, kebodohan dan kezhaliman kecuali yang diberi taufiq oleh Allah Azza wa Jalla . Kepada-Nyalah minta tolong” (Tafsir Ibnu katsir, 6/489 ) .
Muqatil bin Hayyan rohimahullah ta’ala , berkata: “Ketika Allah Azza wa Jalla menciptakan rnakhluk, Dia kumpulkan antara manusia dan jin, langit, bumi dan gunung. Lalu Dia mulai dengan langit, ditawarkan kepadanya amanah yaitu ketaatan,
Dia berkata, “Apakah kalian mau mengemban amanah, akan Kuberi kemuliaan, keutamaan dan surga ?“
Langit berkata, “Wahai Rabb, kami tidak mampu memikul perkara ini, kami tidak memiliki kekuatan, akan tetapi kami patuh kepadaMu”.
Lalu amanah tersebut ditawarkan kepada bumi, Dia berkata, “Apakah engkau akan men gemban amanah dan menerimanya dariKu, akan Aku anugerahkan keutamaan dan kemuliaan?”
Bumi berkata, “Kami tidak kuat dan kami tidak mampu, wahai Rabb! Akan tetapi, kami selalu mendengar dan mematuhiMu, kami tidak akan berlaku maksiat pada semua perintahMu”.
Lalu ditawarkan kepada Adam alaihissalam lalu Dia berkata, ‘Apakah engkau siap men gemban amanah dan mau menjaga dengan sebenarnya?”
Berkatalah Adam, “Apa ganjaranku di sisiMu?”
Allah Tabaroka wa Ta’ala berkata, “WahaiAdam, sekiranya engkau berbuat baik, engkau patuh dan engkau jaga amanah itu, maka engkau akan memperoleh kemuliaan, keutamaan dan pahala yang baik di surga. Sebaliknya, sekiranya engkau berlaku maksiat dan tidak menjaganya dengan baik serta engkau berlaku buruk, maka Aku akan men yiksamu dan Aku masukkan ke dalam nerakaKu”.
Lalu Adam alaihissalam berkata, “Aku telah terima”, maka diembanlah amanat itu olehnya. Lalu Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman, ‘Aku telah embankan amanah itu kepadamu”.( Tafsir ibnu katsir, 6/489- 490 )
Itulah perjanjian yang Allah Azza wa Jalla ambil kepada manusia, tatkala mereka masih di dalam sulbi Adam alaihissalam, yaitu pengakuan hamba bahwa ia telah berilahkan Allah Azza wa Jalla Yang Esa dan tidak berbuat syirik.
Allah berfirman,”
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Rabbmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak men gatakan: ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)”. (QS. al-A ‘raf:1 72)
Ahsanu Amalan
Al-Quran menyebutkan bahwa penciptaan alam, hidup dan mati untuk menguji manusia mana yang lebib baik amalnya. Itulah yang disebut dengan “ahsanu ‘amala”. Allah Azza wa Jalla berfirman;
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih balk amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pen gampun”. (QS. al-Mulk:2 )
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الأرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”. (QS.al-Kahfi:7)
(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka, dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa batas”. [QS.an-Nur: 38]
Fudhail bin ‘Iyadh rodhiallahu anhu , berkata: “Ahsanu amala, adalah amalan yang paling ikhlas dan yang paling benar”.
Jadi, dan semua bentuk penghambaan diri yang paling sempurna adalah penghambaan diri yang berdasarkan ahsanu amala. Ia berdiri dengan 2 syarat, yaitu:
1. Hendaklah ‘ubudiah kepada Allah * disertakan keikhlasan kepadaNya.
Sekiranya salah satu syarat ini tidak dipenuhi, maka penghambaan diri hanya akuan saja, ikhlas saja kepadaNya tanpa mengikuti syariat, Ia tertolak. Sebagaimana sesuai saja tanpa ikhlas, ia juga tertolak. Jadi, ikhlas dan mengikuti syariat adalah dua sayap ibadah. Tidak akan bisa terbang seseorang dalam penghambaan dirinya kecuali dengan keduanya sekaligus.
Kesimpulan
Bahwa tujuan hidup adalah mencarii kebahagiaan dan jalan kebahagiaan adalah dengan menghambakan diri kepada Allah azza wa Jalla .. Penghambaan diri itulah Tauhid
Tauhid dan Islam tidak akan membuahkan amal shalih kecuali dengan ahsanu ‘amala yaitu ikhlas dan mutaba’ah (sesuai dengan syariat).
Allahu ta’ala a’lam bish showab.
Sumber : Dikutip dari Buku “ Untukmu yang berjiwa Hanif “ oleh Ustadz Armen Halim Naro Lc, “ Penerbit : Darul Ilmi Cetakan pertama Zul Qa’dah 1427H , Februari 2007 )

Hakekat Kekayaan Hidup Sejati



”Jika seorang manusia sudah memiliki dua lembah yang penuh berisi dengan harta, maka pasti ia akan mencari lembah yang ketiga. Dan tidak akan pernah manusia merasa kenyang hingga tanah sudah kena pada perutnya.”
- Al-Hadits –
Dalam kehidupan di era teknologi digital yang serba canggih dewasa ini, kecenderungan yang merasuki banyak manusia adalah hidup mengejar kesuksessan dalam karier, hidup dan bisnis setinggi-tingginya. Menjadi sukses dalam karier, hidup dan bisnis telah menjadi tujuan utama banyak manusia, apapun paradigma kesuksesan itu baginya. Kebanyakan manusia — apa pun suku bangsa, kedudukan, jabatan, maupun agamanya– menempatkan ukuran kesuksesan hidupnya melalui ukuran penguasaan materi atau harta benda.
Keinginan kuat setiap individu untuk menjadi sukses dan berhasil meraih kekayaan materi atau harta adalah sesuatu yang penting. Begitu pentingnya memiliki kekayaan harta atau materi ini, maka Imam Al-Ghazali mengibaratkan, “orang yang mencari kebaikan tanpa harta ibarat orang pergi ke hutan tanpa membawa senjata atau ibarat burung elang tak bersayap”. Karena materi merupakan sarana penting dalam mencapai berbagai tujuan kebaikan. Materi juga memiliki peranan penting pula dalam upaya manusia meningkatkan kualitas hidup maupun dalam upaya manusia meningkatkan amalan ibadahnya.
Yang menjadi masalah adalah, begitu sibuknya manusia mengejar kekekayaan materi duniawi ini, seringkali menjadikan mereka melupakan hakekat kehidupan dan hakekat kekayaan sejati yang abadi. Mereka menempatkan pusat orientasi hidupnya pada kesuksesan penguasaan materi, bahkan sampai mendewakan materi. Mereka mengejar keberhasilan materi dengan tidak memperdulikan aturan hukum alam dan cenderung memutarbalikan hukum alam. Kecenderungan seperti inilah yang salah dan harus diluruskan kembali.
Manusia yang hanya menempatkan orientasi hidup pada nilai-nilai duniawi semata, mereka akan menjadi manusia yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang dikuasainya. Mereka ingin menambah dan menambah terus. Ini sama halnya dengan jabatan atau kekuasaan yang telah mereka dapatkan. Ketika mereka memiliki kekuasaan atau jabatan maka cenderung selalu ingin dipertahankan, walaupun, misalnya, sudah tidak memiliki kemampuan melaksanakannya ataupun sudah terlalu banyak kesalahan yang pernah dilakukannya.
Lantas bagaimana agar kita tidak terjebak dalam jeratan orientasi salah dalam hidup yang hanya berpusat pada materi duniawi ? Bagaimana kita menyikapi kehidupan yang penuh persaingan tanpa terjebak dalam kesalahan paradigma tentang kekayaan materi ? Berikut ini beberapa tips yang dapat membantu kita agar tidak tergelincir dalam kesalahan melawan aturan hukum alam.
1. Hakekat Hidup Sejati
Begitu sibuknya manusia modern mengejar kekayaan materi duniawi seringkali salah dalam memahami hakekat hidup sejati. Ada aturan hukum alam yang mengatur mengenai hakekat“hidup sejati” dengan “akibat yang diterima” dari hidup sejati. Apa itu hakekat hidup sejati dan akibat yang diterima dari kehidupan ? Hidup sejati adalah inti, yang seharusnya dikerjar lebih dulu oleh manusia. Sedangkan akibat yang diterima adalah hasil yang akan datang dengan sendirinya.
Ilustrasi sederhananya adalah, kalau Anda seorang karyawan maka berusahalah menjadi “karyawan sejati” yang menjunjung tinggi profesionalisme dan nilai-nilai spiritual kebenaran lebih dulu. Kekayaan uang atau materi adalah “akibat” dari hasil menjadi karyawan sejati. Kalau anda menjalankan usaha, maka berusahalah menjadi pengusaha sejati yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran lebih dulu. Sedangkan profit atau keuntungan materi berlimpah adalah akibat yang akan didapatkan dengan menjadi pengusaha sejati. Demikian juga dengan profesi lainnya. Dahulukan menjalani hakekat hidup sejati.
Janganlah lebih dulu mengejar kekayaan uang, lebih dulu menginginkan gaji yang tinggi, tanpa berusaha menjalani hidup sejati. Ini namanya memutarbalikan aturan hukum alam yang berarti hukum Allah. Inilah yang menyebabkan banyak orang melakukan berbagai penyimpangan, penyelewengan, korupsi, penipuan demi mendapatkan tujuannya untuk keberhasilan materi dan kekayaan, yang harusnya adalah akibat yang diperoleh kemudian dari hidup sejati. Akibatnya tatanan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa menjadi rusak dan dilanggar begitu saja, seperti apa yang kita rasakan sekarang ini.
2. Imbangi Dengan kekayaan Spiritual
Dalam mengejar kekayaan materi, keberhasilan duniawi sebaiknya selalu mengimbangi dengan kekayaan spiritual. Berusahalah terus meningkatkan diri dalam mengisi kekayaan spiritual diri kita. Karena kekayaan spiritual ini akan mampu mengendalikan dan mengisi setiap kehidupan manusia dengan sifat senantiasa bersyukur dan merasa puas. Dalam pengertian sederhana, bisa mensyukuri terhadap apa yang sudah diperolehnya. Sifat syukur ini merupakan manifestasi dari suara hati spiritualsehingga dapat menjadikan terminimalisasinya sifat serakah, tamak, rakus dan merusakan tatatan hukum kehidupan.
Hakikat kekayaan itu bukanlah semata-mata banyak harta yang dikuasai, akan tetapi terletak pada kekayaan spiritual yang dimiliki. Orang yang memiliki kekayaan spiritual tidak akan pernah dikendalikan dan dikuasai oleh materi, jabatan, dan kedudukan, akan tetapi justru hal-hal tersebutlah yang dikendalikan dan dikuasainya. Semuanya itu hanyalah merupakan alat untuk mengaktualisasikan fungsi kekhalifahannya yang memberikan kebaikan dan kemanfaatan bagi masyarakat banyak.
3. Berdamai Dengan Ketentuan Allah
Berdamai dengan ketentuan Allah artinya, dalam mengejar keberhasilan hidup dunia dan kekayaan materi senantiasa mengikuti aturan hukum Allah. Tidak melanggar ketentuan-ketentuan Allah yang sudah dituangkan dalam kitab suci-NYA serta dapat berdamai menerima segala ketentuan-Nya. Kemampuan berdamai dengan ketentuan Allah dapat mengarahkan manusia untuk merasa puas atas rahmat Allah. Ini adalah sikap spiritual dan perilaku rohaniah yang menjadi kekayaan sejati yang tidak akan pernah habis. Manusia yang mampu memiliki sifat mampu menerima ketentuan Allah, dapat berpuas diri dengan hasil perjuangannya, dapat melahirkan pribadi yang tenang, memiliki sikap yang cerdas dan tentu saja pandai bersyukur terhadap segala nikmat Allah SWT yang diberikan kepadanya.
Alangkah indahnya kalau hidup dapat mengikuti aturan hukum alam, memiliki kekayaan materi yang disertai dengan kekayaan spiritual, serta dapat menerima ketentuan Allah yang menjadikannya memiliki kekayaan sejati yang abadi.
***Eko Jalu Santoso adalah Penulis buku-buku laris ‘”The Art of Life Revolution”, “Heart Revolution, Revolusi Hati Nurani” dan “The Wisdom of Business”, ketiganya diterbitkan Elex Media Komputindo dan Founder Motivasi Indonesiamotivasiindonesia-subcribe@yahoogroups.com

Senin, 18 Juni 2012

Cara Berkepribadian Yang Islami


Untuk memiliki kepribadian yang menyenangkan bukanlah sesuatu yang sulit, yang pasti ada banyak cara untuk memperolehnya. Namun yang terpenting adalah adanya kemauan dalam diri kita untuk memiliki kepribadian yang menyenangkan. Sebab dengan memiliki kepribadian ini bukan hanya dapat mempengaruhi kesehatan jasmani dan ruhani orang yang memilikinya, akan tetapi ia juga akan mendapatkan orang lain merasa nyaman berada di sisinya. Maka dari itu, memiliki kepribadian yang menyenangkan bukan saja harus dimiliki oleh seorang dai yang setiap hari tugasnya adalah menyampaikan risalah dakwah kepada masyarakat, namun juga oleh siapapun, dan pada profesi apapun. Sebab hakekatnya manusia di manapun sama, ia akan tertarik kepada sesuatu yang ia lihat menyenangkan, dan akan lari dari sesuatu yang terlihat menjengkelkan. 
Betapa senangnya hati kita, ketika kita mendapatkan banyak orang yang menghargai kita, menghormati kita, memperdulikan kita, namun bukan karena ada apa-apanya, tetapi semata-mata karena memang kita memiliki kepribadian yang menyenangkan. Sungguh sangat sengsara seseorang yang selalu mendapatkan pujian orang banyak, sanjungan, perhatian, penghargaan, dan lain-lain, hanya karena orang-orang tersebut takut akan ketidakstabilan emosinya yang kemungkinan bakal mengancam masa depan hidupnya. Percayalah bahwa semua hal yang ia dapatkan berupa sanjungan itu hanyalah semu belaka dan tidak akan bertahan lama. Hal ini karena pujian itu tidak keluar dari dalam hati yang paling dalam, karena ia muncul bersamaan dengan adanya kepribadian yang tidak menyenangkan.

Dalam kesempatan ini, akan saya sampaikan bagaimana cara islami memiliki kepribadian yang menyenangkan, semoga dapat merubah hidup kita menjadi lebih dicintai oleh manusia semata-mata karena mereka merasa nyaman berada di sisi kita.

1. Memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan orang lain.
Salah satu sifat seorang muslim yang berjiwa besar adalah, dalam dirinya selalu tersimpan rasa ingin selalu berkhidmat kepada orang lain dan bukan meminta dikhidmati oleh orang lain. Karena ia merasa yakin bahwa sebanyak itu ia memberikan perhatian kepada orang, sebanyak itu pula ia akan mendapatkan perhatian dari orang lain. Orang lain tak ubahnya sebagai refleksi dari pada diri kita sendiri. Pepatah melayu mengatakan, "jika buruk wajah jangan lalu cermin yang dipecah" tetapi perbaikilah bentuk dan raut wajah, niscaya cermin itu dengan sendirinya akan mengeluarkan pantulan yang indah. Nah, salah satu yang dapat memantulkan bayangan indah dari cermin orang lain itu adalah prilaku kita yang senantiasa ingin memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan orang lain. Tidak ada yang dapat membahagiakan hati kita, kecuali jika kita telah benar-benar membantu dan meringankan beban orang lain, tentu dengan satu keyakinan bahwa Allah Swt. akan senantiasa meridoi segala apa yang kita perbuat. Ada satu hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Dawud, di mana Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa yang diserahi amanat untuk mengurus kebutuhan umat, namun ia lalai atau tidak memperdulikan kebutuhan, kepentingan dan keterdesakan mereka, maka Allah swt. akan memperlakukannya sama dengan tidak akan memperdulikan kebutuhan, kepentingan dan keterdesakannya di akherat kelak".
2. Lemah lembut dan dapat mengontrol emosi
Dalam hidup ini, terkadang dalam hati kita sudah tertanam untuk tidak melakukan perbuatan buruk yang bakal merugikan orang lain, namun perbuatan buruk itu bisa jadi muncul dari orang lain. Ada saja perbuatan orang lain yang membuat kita merasa jengkel dan panas hati, boleh jadi perbuatan tersebut disengaja atau tanpa disadarinya. Seseorang yang memiliki kepribadian yang menyenangkan, ia tidak lantas main hantam dan menyalahkan secara kasar. Namun yang ia lakukan adalah memberikan masukan secara bijak dan penuh kearifan. Boleh jadi dengan kearifannya ini akan membekas di hati orang yang berbuat salah kepadanya, sehingga di hari kemudian orang tadi menjadi orang yang selalu merasa takut berbuat kesalahan sekecil apapun berkat nasehat dan masukan yang arif tersebut.

Sungguh besar pahala kita jika kita mampu merubah jalan hidup orang lain hanya semata-mata sikap lemah lembut dan kemampuan kita mengontrol emosi itu. Ketimbang, jika yang kita lakukan adalah memaki dan memarahinya seolah-oleh tidak ada kata maaf dan introspeksi dalam kamus diri kita. Rosulullah Saw. adalah tauladan yang paling baik, bagaimana beliau bersikap terhadap orang 'ndeso' yang pernah menjambak selendang beliau di tengah orang banyak secara kasar, sampai-sampai akibat jambakan tersebut leher Rosulullah merah memar. Lalu orang itu dengan keras berkata, “Wahai Muhammad beriakanlah sebagian harta yang kau miliki...” Para Sahabat yang ada di sekitar nabi ingin marah, tapi sikap rasulullah ketika itu malah memberikan senyumannya kepada orang itu, lalu dengan penuh kasih sayang beliau berikan seledang yang beliau punya kepada orang tadi.  

3. Mampu memberikan reward dan empatik kepada orang lain
Salah satu ciri orang yang memiliki kepribadian yang menyenangkan adalah ia mudah memberikan reward atau penghargaan berupa pujian tulus kepada orang yang telah berbuat baik sekecil apapun. Kata-kata seperti, "oh, memang betul-betul hebat kamu yah, atau,"wah, coba kalau tidak ada kamu tadi, bisa lain urusannya", dan lain-lain yang menggambarkan bahwa kita benar-benar dapat menghargai karyacipta orang lain. Coba kita bandingkan dengan ungkapan berikut, "ah, kalau  itu sih siapa juga bisa", atau "yah, lumayan lah nggak jelek-jelek banget sih" dan yang semisalnya. Betapa kata-kata ini menampakkan kita belum dapat menghargai apa yang dilakukan orang lain. Coba kita lihat bagaimana Rosulullah ketika ada sesorang yang sedang bicara dengannya, maka dengan penuh khusuk beliau hadapkan badan, telinga, dan matanya untuk memperhatikan lawan bicaranya, dan tidak pernah beliau memotong pembicaraan orang tersebut, sampai ia benar-benara telah selesai dari pembicaraannya. Hal ini betapa beliau mengajarkan kepada kita untuk selalu menghargai orang lain, dan inilah caranya agar kita dapat memiliki kepribadian yang menyenangkan sehingga orang lain merasa nyaman berada di sisi kita.

4. Tidak membuang muka kepada orang yang suka maksiat
Dalam lingkungan kita terkadang ada orang yang dianggap sampah masyarakat. Kegemarannya adalah mencari keonaran dan membuat kerusuhan dalam masyarakat. Banyak orang yang dalam menghadapi orang semcam ini, malah mengucilkannya. Sampai-sampai ada kesepakatan untuk tidak melakukan hubungan dengan orang tersebut. Sebagai seorang muslim yang kuat, yang tentunya memiliki keyakinan akan adanya kebaikan dalam diri orang tersebut, kita tidak boleh lekas-lekas memutuskan hubungan dengannya. Akan tetapi kita berusaha untuk selalu mencari celah mengajaknya kembali kepada jalan yang benar. Bahkan harus kita ciptakan strategi yang membuatnya dapat luluh untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang tercela itu. Terkadang untuk mewujudkan hasil ini, perlu sesekali kita mengikuti dunia hitam yang orang itu geluti seperti dunia malam, hiburan, perjudian, dll…namun ada satu misi yang kita tuju, yaitu kita akan merubah jalan hidup orang tersebut sekiranya kita telah berhasil meraih hati orang tersebut.

Ada satu contoh yang menarik dari cara dakwah seorang wali songo yang ikut menggunakan wasilah musik dan kesenian daerah untuk dijadikan sarana dakwah, ia gunakan wasilah yang sama namun isi dari pertunjukan itu ia rubah menjadi nada-nada dakwah kepada jalan Allah. Berapa banyak orang yang awalnya tidak tau agama lalu menjadi tertarik dengan ajaran agama dengan cara seperti itu. Kuncinya adalah, agar kita tidak lekas memandang sebelah mata terhadap orang-orang yang kadung dianggap sebagai sampah masyarakat.    

5. Tidak bersikap angkuh
Banyak orang mengira bahwa dengan bersikap angkuh akan menjadikan diri kita disegani oleh orang lain, yang betul justru sebaliknya orang akan enggan bergaul dengan kita. Dalam realitas hidup bisa jadi ada orang yang merasa minder melihat kesuksesan hidup yang diraih oleh kita misalnya, rasa minder ini lalu akan melahirkan rasa rendah diri dan kurang bersahabat dengan kita. Pada saat inilah kita perlu menunjukkan sikap rendah hati kita untuk memulai mencairkan kondisi dengan bersikap ramah dan tawadu kepada mereka. Hal ini pula yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, ketika ada seseorang yang hendak menghadap kepada beliau untuk suatu keperluan, namun karena besarnya wibawa rasulullah maka orang tersebut menjadi gugup dan tidak percaya diri, dengan santun kanjeng Nabi berkata, "santai saja, Aku bukanlah Malaikat, aku hanyalah seorang anak ibu dari suku Quraisy yang juga sama-sama makan bubur nasi". Sikap tawadu inilah yang membuat suasana menjadi cair dan berjalan normal, sehingga orang lain merasa senang berada disisi kita. Lalu coba kita bedakan dengan sikap syetan yang berkata,"sesungguhnya Aku lebih mulia dari Adam, karena aku diciptakan dari api, sedang Adam dari tanah," (Q.S. Shad:76).
     
Demikianlah di antara cara bagaimana memiliki kepribadian yang menyenangkan, semoga dengan bekal cara ini kita dapat memperoleh target dari sebuah pergaulan hidup yaitu menyebarkan keindahan-keindahan ajaran Allah Swt, baik dengan cara lisan maupun dengan amal perbuatan. Siapa tau, banyak orang yang tertarik kepada Islam bukan hanya disebabkan keindahan ajarannya saja, namun karena ketertarikan mereka kepada perangai yang menyenangkan dari yang kita miliki itu. Amin ya Rabbal ‘Alamin.